Home » Kesehatan » KARENA TERLAHIR TANPA HORMON, REMAJA 17 TAHUN TAK BISA PUBER
Rabu, 12 Oktober 2011
0
Tak seperti remaja lain yang mulai menyukai lawan jenis karena memasuki masa pubertas, gadis remaja 17 tahun ini masih saja bertingkah layaknya anak usia 10 tahun. Kondisi langka dengan lahir tanpa hormon, membuatnya tak bisa mengalami pubertas.
Di usianya yang sudah memasuki usia remaja, Poppy Webb-Jones (17 tahun) masih saja berpenampilan dan berpikir seperti anak kecil usia 10 tahun. Dia lebih tertarik pada Hannah Montana dan Justin Bieber ketimbang harus bereksperimen dengan make up, menyukai teman prianya atau pulang hingga larut malam.
Hal ini disebabkan karena kondisi langka yang membuatnya terlahir tanpa hormon, sehingga membuatnya tidak bisa mengalami pubertas, percepatan pertumbuhan dan tidak mengalami kenakalan-kenakalan yang dilakukan remaja lainnya.
Untuk kebanyakan orangtua yang memiliki anak remaja, Poppy terlihat sebagai remaja yang sempurna. Namun tanpa diketahuinya ataupun ibunya Karen Webb-Meek, kondisi Poppy membuatnya berisiko mengalami masalah kesehatan yang mematikan.
Poppy dilahirkan dengan suatu kondisi yang disebut panhypopituitarism, yang berarti dia tidak memiliki sebagian besar hormon penting bagi kehidupan. Poppy tidak memiliki hormon pertumbuhan yang membuat tulang-tulangnya berhenti tumbuh sekitar usia 11 tahun. Ia juga tidak memiliki hormon tiroksin yang mengatur metabolisme dan tingkat energi.
Selain itu, tubuh Poppy juga tidak memiliki hormon estrogen yang mengontrol masa pubertas dan perkembangan karakteristik seksual sekunder pada perempuan. Yang paling mengkhawatirkan, tubuhnya tidak menghasilkan hormon kortisol yang penting dalam mengatur reaksi tubuh terhadap stres.
Ini berarti, Poppy memiliki berisiko sangat besar mengalami shock yang mematikan jika menderita penyakit serius atau cedera.
"Hebatnya dia tidak pernah mengalami patah tulang atau jatuh serius, meskipun dia mengalami cacar air ketika masih kecil dan berlanjut ke pneumonia. Kami tidak tahu pada waktu itu, tetapi kami hampir kehilangan dia. Tubuhnya tidak bisa menangani segala jenis infeksi dan berakhir di rumah sakit. Itu tampaknya selalu menjadi kasus Poppy, seluruh hidupnya dia selalu sakit-sakitan dan dia selalu tampak begitu lemah dan kurang energi," jelas Karen Webb-Meek (45 tahun), ibundanya yang tinggal di Humberston, Lincs, seperti dilansir Thesun, Senin (26/9/2011).
Poppy tidak akan pernah mengalami pubertas. Tanpa pengobatan yang mendesak hidupnya juga terancam. Karena tidak memiliki estrogen, indung telur Poppy terbelakang dan tidak mungkin untuk menghasilkan telur sehat, bahkan dengan terapi hormon.
Dokter juga menjelaskan tidak adanya hormon kortisol dapat menimbulkan risiko kesehatan. Seumur hidupnya, Poppy bisa saja mengalami kematian setiap saat.
Sesuatu yang sederhana seperti jatuh dari sepeda akan membuat tubuh Poppy mengalami shock medis dan kegagalan organ. Akibatnya, Poppy kini harus membawa pena suntik kortisol kemana pun ia pergi.
( Sumber : detikHealth )
KARENA TERLAHIR TANPA HORMON, REMAJA 17 TAHUN TAK BISA PUBER
Tak seperti remaja lain yang mulai menyukai lawan jenis karena memasuki masa pubertas, gadis remaja 17 tahun ini masih saja bertingkah layaknya anak usia 10 tahun. Kondisi langka dengan lahir tanpa hormon, membuatnya tak bisa mengalami pubertas.
Di usianya yang sudah memasuki usia remaja, Poppy Webb-Jones (17 tahun) masih saja berpenampilan dan berpikir seperti anak kecil usia 10 tahun. Dia lebih tertarik pada Hannah Montana dan Justin Bieber ketimbang harus bereksperimen dengan make up, menyukai teman prianya atau pulang hingga larut malam.
Hal ini disebabkan karena kondisi langka yang membuatnya terlahir tanpa hormon, sehingga membuatnya tidak bisa mengalami pubertas, percepatan pertumbuhan dan tidak mengalami kenakalan-kenakalan yang dilakukan remaja lainnya.
Untuk kebanyakan orangtua yang memiliki anak remaja, Poppy terlihat sebagai remaja yang sempurna. Namun tanpa diketahuinya ataupun ibunya Karen Webb-Meek, kondisi Poppy membuatnya berisiko mengalami masalah kesehatan yang mematikan.
Poppy dilahirkan dengan suatu kondisi yang disebut panhypopituitarism, yang berarti dia tidak memiliki sebagian besar hormon penting bagi kehidupan. Poppy tidak memiliki hormon pertumbuhan yang membuat tulang-tulangnya berhenti tumbuh sekitar usia 11 tahun. Ia juga tidak memiliki hormon tiroksin yang mengatur metabolisme dan tingkat energi.
Selain itu, tubuh Poppy juga tidak memiliki hormon estrogen yang mengontrol masa pubertas dan perkembangan karakteristik seksual sekunder pada perempuan. Yang paling mengkhawatirkan, tubuhnya tidak menghasilkan hormon kortisol yang penting dalam mengatur reaksi tubuh terhadap stres.
Ini berarti, Poppy memiliki berisiko sangat besar mengalami shock yang mematikan jika menderita penyakit serius atau cedera.
"Hebatnya dia tidak pernah mengalami patah tulang atau jatuh serius, meskipun dia mengalami cacar air ketika masih kecil dan berlanjut ke pneumonia. Kami tidak tahu pada waktu itu, tetapi kami hampir kehilangan dia. Tubuhnya tidak bisa menangani segala jenis infeksi dan berakhir di rumah sakit. Itu tampaknya selalu menjadi kasus Poppy, seluruh hidupnya dia selalu sakit-sakitan dan dia selalu tampak begitu lemah dan kurang energi," jelas Karen Webb-Meek (45 tahun), ibundanya yang tinggal di Humberston, Lincs, seperti dilansir Thesun, Senin (26/9/2011).
Poppy tidak akan pernah mengalami pubertas. Tanpa pengobatan yang mendesak hidupnya juga terancam. Karena tidak memiliki estrogen, indung telur Poppy terbelakang dan tidak mungkin untuk menghasilkan telur sehat, bahkan dengan terapi hormon.
Dokter juga menjelaskan tidak adanya hormon kortisol dapat menimbulkan risiko kesehatan. Seumur hidupnya, Poppy bisa saja mengalami kematian setiap saat.
Sesuatu yang sederhana seperti jatuh dari sepeda akan membuat tubuh Poppy mengalami shock medis dan kegagalan organ. Akibatnya, Poppy kini harus membawa pena suntik kortisol kemana pun ia pergi.
( Sumber : detikHealth )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “KARENA TERLAHIR TANPA HORMON, REMAJA 17 TAHUN TAK BISA PUBER”
Posting Komentar