Tampilkan postingan dengan label Teknologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teknologi. Tampilkan semua postingan

Senin, 06 Februari 2012

0

Laba-laba Penghisap Darah Ternyata Menyukai Bau Kaus Kaki


Dari penelitian terakhir, diketahui bahwa sebuah spesies laba-laba yang mangsa utamanya adalah nyamuk pembawa penyakit malaria, yakni Anopheles gambiae, sangat tertarik dengan bau keringat di kaus kaki. Peneliti asal Inggris dan Kenya membuktikannya dalam sebuah eksperimen. Mereka menggunakan kaus kaki bekas pakai untuk mengetahui apakah laba-laba yang dimaksud juga memiliki sifat yang sama dengan sifat mangsanya, yakni tertarik dengan bau-bauan dari manusia.

Ternyata, laba-laba jenis ini tampak telah mengembangkan ketertarikan terhadap bau kaki manusia untuk membantu mereka menemukan mangsa. Temuan ini dilaporkan pada jurnal Biology Letters. Menurut peneliti, manusia kini bisa 'merekrut' Evarcha culicivora, laba-laba lompat Afrika Timur tersebut, dalam memerangi malaria. Caranya dengan mengajak laba-laba itu tinggal di rumah yang dipenuhi dengan kaus kaki bau.

Fiona Cross, peneliti dari University of Canterbury, Inggris dan Robert Jackson, dari International Centre of Insect Physiology and Ecology, Kenya melakukan penelitian tersebut. Mereka tertarik meneliti spesies laba-laba itu karena laba-laba itu merupakan pemangsa satu-satunya yang secara spesifik memangsa nyamuk penyebab malaria tersebut.

"Kami memiliki kecurigaan bahwa bau manusia sangat menarik bagi laba-laba sebelum melakukan eksperimen ini," kata Cross, seperti dikutip dari BBC. "Padahal umumnya, laba-laba ini tinggal di rerumputan tinggi di luar rumah atau di gedung-gedung yang ditinggali manusia."

Untuk membuktikan kecurigaan itu, mereka merancang peralatan eksperimen berbasis aroma yang disebut sebagai olfactometer. Mereka kemudian menempatkan laba-laba uji dalam sebuah wadah. Udara kemudian dipompakan ke masing-masing wadah.

Masing-masing udara datang dari kotak yang berisi kaus kaki bersih dan kaus kaki bekas dipakai yang memiliki bau keringat kaki manusia. Bagi tiap laba-laba, peneliti juga menyediakan pintu darurat agar mereka bisa melarikan diri kapan saja ke ruangan yang tidak diberi bau apapun.

"Ternyata, laba-laba yang diberi aroma kaus kaki bau, betah berlama-lama di ruangan yang dihembuskan bau tersebut, dibandingkan laba-laba yang dihembuskan bau kaus kaki yang baru dicuci," kata Cross. "Kenyataan bahwa laba-laba menemukan bahwa bau manusia sangat menarik belum pernah diketahui sebelumnya."

Cross menyebutkan, penemuan ini berkaitan dengan perilaku lain laba-laba ini. "Saat mereka menemukan bau darah, mereka bisa menjadi sangat rakus dan bisa membunuh hingga 20 nyamuk secara terus menerus, meski tidak memakan seluruhnya," ucapnya. Saat ini, kata Cross, mereka perlu mempelajari lebih lanjut perilaku seperti itu. "Mereka menjadi gila saat berada di sekeliling nyamuk yang sudah menghisap darah," ucapnya.

Meski kedengarannya mengerikan, kedua peneliti yakin bahwa makhluk haus darah itu bisa membantu manusia dalam memenangkan pertempuran kompleks melawan malaria. "Laba-laba itu ada di lingkungan dan tersedia secara gratis," kata Cross. "Lalu kenapa kita tidak mencari cara untuk memanfaatkan predator menarik ini?"

Cross dan rekan-rekannya kini mencari cara bagaimana manusia bisa mengundang laba-laba ini ke dalam rumah tanpa mengundang pula nyamuk. "Di kawasan yang dilanda wabah malaria, orang-orang perlu menyambut kedatangan makhluk tersebut ke dalam rumahnya," ucapnya.

Sumber : http://teknologi.vivanews.com/news/read/205660-laba-laba-penghisap-darah-doyan-bau-kaus-kaki

Baca selengkapnya »

Minggu, 05 Februari 2012

0

Lebah yang Lelah, Ternyata Bisa Melakukan Kesalahan

Ketika kurang tidur, kemampuan kita melakukan berbagai tugas biasanya berkurang, termasuk dalam berkomunikasi. Ternyata hal yang sama terjadi pada lebah.

"Kami menemukan bahwa lebah madu yang kurang tidur juga mengalami masalah pada komunikasi. Mereka salah memberikan aba-aba kepada temannya tentang lokasi makanan," kata Dr Barrett Klein dari University of Austin, Texas, Amerika Serikat.


Temuan penelitian ini muncul dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences terbitan terbaru. Menurut Klein, lebah sama seperti manusia, yang kebanyakan kerja sehingga menjadi stres dan berbuat kesalahan. Lebah pekerja memiliki tugas penting membiarkan rekan-rekan mereka mengetahui sarang untuk menemukan makanan.

Mereka menyampaikan informasi kepada teman-temannya dengan memberi petunjuk berupa "tarian kibasan". Petunjuk ini semacam kode yang memperlihatkan bunga nektar yang mekar.


Tapi, ketika serangga ini tidak istirahat (tidur), kemampuan mereka berkomunikasi dengan jelas mulai melemah. Tarian mereka menjadi buruk dan tidak rapi ketimbang lebah yang istirahatnya cukup.

Para ilmuwan dalam penelitian ini melibatkan perangkat magnet bernama "insominator" untuk mengganggu lebah yang kurang tidur. Magnet itu melambai-lambai di atas lebah yang dilengkapi ransel dengan logam kecil. Kondisi itu menyebabkan lebah harus berdesakan dan tidak dapat tidur.

Setelah semalaman, perilaku lebah ini dibandingkan dengan lebah yang istirahatnya cukup. Kelelahan tampak pada lebah yang kurang tidur. Efeknya adalah rendahnya kualitas tarian kibasan. "Tarian ini belum tentu salah, tapi kurang tepat ketimbang lebah yang tidurnya cukup," kata Klein.

Dia menduga tarian yang kurang tepat ini akan menyebabkan jumlah lebah pengikutnya menjadi lebih sedikit menuju sumber makanan. Untuk soal ini, tim peneliti akan melakukan uji coba kembali.

Menurut Profesor Ulrich Mueller dari University of Texas, penelitian Barrett adalah studi pertama tentang fungsi tidur pada komunitas serangga. Juga yang pertama, kata dia, yang menunjukkan bahwa kurangnya tidur merusak ketepatan berkomunikasi dalam dunia serangga.

Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2010/12/15/brk,20101215-299240,id.html

Baca selengkapnya »

0

Jepang Hasilkan Ikan Mas Tembus Pandang

TOKYO - Para peneliti Jepang memang tidak pernah habis akan ide-ide brilian. Setelah sebelumnya mengembangbiakkan katak transparan, kini peneliti Jepang berhasil mengembangbiakkan ikan mas tembus pandang. Dengan mata telanjang, orang awan bisa melihat langsung jantung ikan mas yang sedang berdetak beserta organ-organ lainnya.


Hewan tembus pandang ini dikembangkan sebagai upaya untuk mengurangi kebutuhan pembedahan dalam tiap kelas-kelas biologi di sekolah. Sebelumnya praktek pembedahan hewan dalam kelas biologi memang mengundang kontroversi dari banyak kalangan di Jepang.


Hasil penelitian tim gabungan Universitas Mie dan Universitas Nagoya tersebut menghasilkan ikan mas yang disebut dengan 'ryukin'. Spesies ini dikembangkan dari perkimpoian ikan mas yang pada saat penetasannya tidak sempurna dengan Ikan Mas berwarna pucat.

"Anda bisa melihat secara langsung jantung dan organ lain dari ikan tersebut, karena sisik dan kulit tidak memiliki pigmen," ucap Profesor Yutaka Tamarus seperti dikutip AFP, Rabu (30/12/2009). Ikan tembus pandang ini nanti bisa hidup selama 20 tahun, sementara panjangnya dapat bertambah hingga 25 Centimeter serta berat mencapai dua Kilogram.

Pada 2007 lalu sekelompok peneliti mengumumkan berhasil mengembangkan katak tembus pandang. Masayuki Sumida seorang Profesor dari Institut Biologi Amphibi Universitas Hiroshima, memperkirakan katak transparan ini akan beredar luas di laboratorium serta sekolah di Jepang tahun depan. Harga hewan-hewan unik nantinya berkiras 10.000 Yen atau sekira Rp1 juta (Rp102,658 per Yen). Cukup mahal untuk sebuah ikan hias.

Sumber : Okezone.com

Baca selengkapnya »

0

Unik, Monyet Capuchin Melumuri Dirinya Dengan Air Seni Untuk Gaet Pasangan

Meski terdengar jorok, monyet Capuchin melumuri dirinya dengan air seni (kencing) untuk menarik perhatian lawan jenis. Monyet betina ternyata mengetahui keberadaan pejantan dengan bau urin. Monyet Capuchin yang ditemukan di Amerika Tengah dan Amerika Selatan secara rutin melumuri air seni di tangan dan seluruh tubuh.


Kebiasaan aneh itu sebelumnya menjadi misteri ilmuwan bertahun-tahun. Banyak orang mengira itu untuk menurunkan suhu tubuh ataupun identifikasi individu lain. Namun misteri itu berhasil terpecahkan. Studi yang dipublikasikan di American Journal of Prmatology menyebutkan urin pada tubuh pejantan menarik hasrat seksual monyet betina.

“Sejak monyet Capuchin betina secara aktif menginginkan pejantan, kami menyadari keberadaan urin di tubuh monyet memberikan informasi kimiawi soal kesiapan seksual dan status sosial pejantan yang ingin diketahui monyet betina,” kata Dr. Kimberley Phillips, ahli primata yang melakukan studi ini.

Menurut ilmuwan di Trinity University, Texas, Amerika Serikat, otak monyet betina mengalami gejolak saat mencium bau urin pejantan. Air seni penjantan dewasa ditanggapi berbeda oleh monyet betina dibandingkan kepada urin monyet jantan remaja.

Sumber : http://teknologi.inilah.com/read/detail/1270542/gaet-pasangan-monyet-berlumur-air-seni

Baca selengkapnya »

0

Spesies Kera Baru Berjanggut Merah Ditemukan di Amazon

Spesies kera baru yang berciri janggut merah ditemukan di Amazon, diumumkan para peneliti minggu ini, tapi kera ini juga berada dalam ancaman kepunahan. Kera jenis titi bernama latin Callicebus caquetensis ini berukuran seekor kucing dan memiliki bulu coklat keabu-aban, dan memiliki janggut merah berantakan di sekitar dagunya.


Tak seperti kera lain yang dihubung-hubungkan dengan jenisnya, Callicebus caquetensis tak memiliki garis putih di keningnya. Petunjuk-pteunjuk bahwa sebuah spesies primata tak dikenal hidup di wilayah Caquetá, Kolombia, dekat batas Ecuador dan Peru, muncul sejak 30 tahun yang lalu, tapi para peneliti tidak pernah bisa mengakses wilayah itu dikarenakan kekerasan dan pemberontakan.

Barulah dua tahun yang lalu profesor Thomas Defler, Marta Bueno dan pelajar mereka, Javier García dari Universitas Negeri Kolombia bisa sampai di bagian atas Sungai Caquetá. Mereka menggunakan GPS untuk menemukan jalan di sekitar area tersebut, mencari kera dengan berjalan kaki dan mendengarkan suara mereka.

"Penemuan ini benar-benar menarik karena kami sudah mendengar tentang hewan ini, tapi lama sekali kami tak bisa mengkonfirmasi bahwa ia berbeda dari kera titi lain," kata Defler.

Tak seperti primata lain, kera-kera titi ini membentuk hubungan seumur hidup. Peneliti melaporkan bahwa pasangan-pasangan kera sering terlihat duduk di dahan dengan ekor mereka terjalin. Mereka biasanya melahirkan satu bayi per tahun.


Namun spesies yang baru ditemukan ini tengah berjuang bertahan hidup karena deforesasi. Setidaknya tak kurang dari 250 ekor kera titi Caquetá yang ada (populasi yang sehat seharusnya ada ribuan). Populasi kecil ini dan habitat yang kian terbatas menempatkan mereka di posisi terancam punah dengan resiko yang amat tinggi dalam jangka waktu tak lama di masa depan.

"Penemuan ini khususnya penting karena mengingatkan kita bahwa kita harus merayakan keragaman Bumi tapi juga harus mengambil tindakan sekarang untuk memeliharanya," kata José Vicente Rodrígue, kepala sains di Konservasi Internasional di Kolombia dan Presiden dari Asosiasi Zoology Kolombia.

Sumber : http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=41304

Baca selengkapnya »

0

Ophiuchus, Zodiak ke-13 (Zodiak Tambahan)

Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan penemuan rasi bintang baru dalam jajaran astronomi yang menjadikan Ophiuchus sebagai zodiac ke 13 menggeser semua jajaran zodiac yang sudah ada. Ophiuchus adalah salah satu dari 88 rasi bintang dan juga satu dari 48 rasi yang didaftar oleh astronom ternama dunia, Cladius Ptolemaeus (Ptolemy), yang hidup tahun 90 hingga tahun 168.


Ophiucus yang dalam bahasa Yunani berarti si Penangkap Ular ini menjadi satu-satunya yang tidak memiliki lambang astrologi. Mengapa tahun ini tiba-tia Ophiuchus dimasukkan dalam sistem penamaan Zodiak? Versi ilmiah ceritanya bermula saat rasi bintang ditemukan kembali oleh astronom saat mendekati matahari Februari 2006 silam.

Adalah astronom Denmark, Tycho Brahe, pada tahun 1572 yang pertama kali melihat kemunculanrasi itu. Nah, rasi yang baru menampakkan dirinya lagi ini, sebelumnya tidak dikenali dan hanya disebut sebagai New Star.

Rasi bintang Ophiuchus pertama kali muncul di abad kedua. Ptolemy mendaftarkan sebagai bintang ke-29 dari 48 rasi bintang. Diperkirakan rasi ini akan muncul kembali dalam jangka waktu 1.700 tahun lagi. Alasan Ophiucus tidak dimasukkan dalam astrologi barat selama ratusan tahun karena hanya ada 12 rasi bintang yang selama ini mengikuti perputaran benda-benda langit dalam sistem tata surya seperti bulan, planet, dan matahari. Karena baru, para astronot belum menemukan karakteristik serra peruntungan orang-orang yang lahir di zodiak Ophiuchus.

Namun demikian, apa yang menjadi pedoman para astrolog kini sudah tidak relavan lagi jika dicocokkan dengan kondisi sekarang. Artinya, tanggal-tanggal seperti tercantum dalam masing-masing zodiak tersebut tidak lagi kondisinya secara astronomis dengan waktu sekarang. Bahkan, ternyata pita zodiak kini tidak terdiri hanya atas 12 rasi saja, akan tetapi pada periode tertentu matahari juga melewati rasi non zodiak, yaitu rasi Ophiuchus yang berada diantara Scorpius dan Sagitarius, sehingga seharusnya Ophiuchus menjadi zodiak ke-13.

Bintang Ophiuchus yang baru letaknya dekat dengan tengah galaksi bima sakti, antara Scorpius dan Sagitarus. Dari Sagitarius ke timur dan dari Scorpius ke barat. Tanggalannya antara 19 November sampai 18 Desember. Simbol astrologinya tidak ada. Tetapi gambarnya menurut sejarah adalah gambar orang dibelit ular. Banyak teori tentang gambar itu, salah satunya adalah Apollo yang sedang berkelahi dengan piton. Ramalan untuk orang berbintang ini mungkin belum ada, jadi jangan tanya sama Mama Laurent dulu.

Menurut ahli astronomi, bintang Ophiuchus itu justru lebih banyak mengenai garis putar bumi daripada bintang Scorpius. Tapi karena Scorpius jauh lebih bersinar sementara bintang Ophiuchus kurang bersinar, maka Scorpiuslah yang jadi bintang.

Kenapa hal ini dapat terjadi? Jawabannya adalah perjalanan waktu akibat peristiwa yang disebut “presesi bumi” yang menjadi penyebab. Seiring berjalannya waktu dari tahun ke tahun dan dari abad ke abad berikutnya terjadi pergeserang terhadap titik Aries (Ekuinox) yang menadi acuan awal durasi zodiak ini akibat presesi bumi. Besarnya pergeseran tersebut memang sangat kecil, yaitu 0.0139 derajat setiap tahun. Tapi jika itu terjadi 2000 tahun yang lalu hingga sekarang (2000 x 0.0139 derajat = 27.8 derajat), sehingga yang disebut titik Aries kini tidak lagi terletak di rasi Aries, melainkan sudah bergeser di rasi Pisces dan akan terus bergeser. Nantinya, setelah 25.800 tahun berlalu, titik ini akan kembali lagi di rasi Aries. Artinya, tanggal yang menjadi pedoman horoskop bergesr cukup jauh dari rasinya, sebuah angka tidak pernah diperhitungkan oleh para astrolog.

ZODIAK BERTAMBAH

CAPRICORNUS :
21 Januari – 18 Februari (26 hari)
Karakteristik Umum: Pendiam, rajin, ambisius, materialis, gengsi tinggi, suka memerintah, suka memperalat orang lain.

AQUARIUS :
16 Februari – 11 Maret (24 hari)
Karakteristik Umum: Tenang, objektif, jenius, penuh ide, cepat mengerti.

PISCES :
11 Maret – 18 April (38 hari)
Karakteristik Umum: Sangat perasa (dari sisi manusiawi), penuh cinta, praktis, suka mengkhayal.

ARIES :
18 April – 13 Mei (25 hari)
Karakteristik Umum: Agresif, enerjik, impulsif, pemimpin, tidak sabaran, egois, cepat emosi.

TAURUS :
13 Mei – 22 Juni (40 hari)
Karakteristik Umum: Keras kepala, materialistis, pasif, ramah, sabar, praktis, setia, toleran.

GEMINI :
22 Juni – 21 Juli (29 hari)
Karakteristik Umum: Lincah, pandai berbicara, tidak stabil, mudah berubah-ubah, mudah gugup, sangat peka.

CANCER :
21 Juli – 10 Agustus (20 hari)
Karakteristik Umum: Sentimentil, setia, penuh perhatian, sulit memaafkan, daya ingat kuat.

LEO :
10 Agustus – 16 September (37 hari)
Karakteristik Umum: Suka memimpin, dermawan, penuh gaya, aristokratik, congkak, percaya diri tinggi.

VIRGO :
16 September – 31 Oktober (45 hari)
Karakteristik Umum: Praktis, analitis, krisis, berkepala dingin, logis, rajin, sederhana.

LIBRA :
31 Oktober – 23 November (23 hari)
Karakteristik Umum: Penuh keraguan, bimbang, adil, pandai bermuka dua, naluri kuat, mempesona.

SCORPIO :
23 November – 29 November (6 hari)
Karakteristik Umum: Panjang akal, pendiam, pendendam, gigih, tekun.

OPHIUCHUS :
29 November – 18 Desember (19 hari)
Karakteristik Umum: Belum dikategorikan

SAGITARIUS :
18 Desember – 21 Januari (34 hari)
Karakteristik Umum: Berjiwa petualang, pandai, suka kebebasan, mandiri, pandai berdiplomasi, berpandangan luas.

Sumber : http://wahw33d.blogspot.com/2010/03/rasi-bintang-ke-13-benarkan-ada.html

Baca selengkapnya »

0

Perubahan Yang Terjadi Akibat Ophiuchus Zodiak ke-13

Bagi penggemar astronomi, bersiaplah menerima perubahan. Karena boleh jadi, kini zodiak Anda berubah akibat pergeseran planet. Zodiak Anda bisa jadi bukan lagi Cancer dan berubah menjadi Gemini. Yang semula Pisces bisa berubah menjadi Aquarius. Namun beberapa di antara Anda bisa juga tak bergeser posisi zodiaknya, berdasarkan perhitungan ilmu astronomi. Baca artikel tentang rasi ke-13 disini.


“Zodiak selama ini sangat familiar didasarkan pada posisi bumi dan matahari, sejak 3.000 tahun lalu,” kata astronom Parke Kunkle. Nah, karena planet mengalami pergeseran, zodiak juga ikut bergeser, lanjutnya. Kini, zodiak memiliki 13 lambang. Generasi terbaru yang lahir adalah Ophiuchus. Anda yang lahir pada periode 29 November hingga 17 Desember berada dalam naungan rasi bintang Ophiuchus.

Bagi yang meyakini adanya keterkaitan rasi bintang dengan kehidupan sehari-hari, boleh jadi berita ini memberikan pengaruh pada diri sendiri. Setidaknya, bersiap menerima perubahan atau boleh jadi Anda memang ternyata lebih cocok dengan karakter pada zodiak baru Anda nanti.
Berikut perubahan zodiak seperti diberitakan sejak Jumat (14/1/2011) lalu:
  1. Capricornus : 20 Januari – 16 Februari
  2. Aquarius : 16 Februari – 11 Maret
  3. Pisces : 11 Maret – 18 April
  4. Aries : 18 April – 13 Mei
  5. Taurus : 13 Mei – 21 Juni
  6. Gemini : 21 Juni – 20 Juli
  7. Cancer : 20 Juli – 10 Agustus
  8. Leo : 10 Agustus – 16 September
  9. Virgo : 16 September – 30 Oktober
  10. Libra : 30 Oktober – 23 November
  11. Scorpio : 23 – 29 November
  12. Ophiuchus : 29 November – 17 Desember
  13. Sagitarius : 17 Desember – 20 Januari
Apakah zodiak anda kini telah mengalami perubahan?

Sumber : http://wahw33d.blogspot.com/2011/01/akibat-kemunculan-ophiuchus-susunan.html

Baca selengkapnya »

0

Capung, Mesin Terbang Super Canggih

Manusia telah mencoba berbagai macam cara untuk dapat terbang. Sejak pesawat terbang pertama dibuat kira-kira seratus tahun yang lalu, ribuan model pesawat udara yang berbeda telah dirancang. Ilmuwan yang tak terhitung jumlahnya telah mencoba membuat mesin terbang yang lebih baik sampai akhirnya mereka mampu membuat mesin terbang terkini dengan disainnya yang mengagumkan.


Lebih Hebat dari Helikopter
Terbang adalah keahlian yang hebat, tapi kegunaannya tergantung pada sejauh mana ia dapat dikendalikan. Sebenarnya, untuk dapat melayang pada posisi tetap di udara atau mendarat di tempat yang diinginkan adalah sama pentingnya dengan kemampuan terbang itu sendiri. Untuk itulah, manusia merancang pesawat terbang dengan kemampuan manuver yang tinggi, yaitu helikopter. Helikopter mampu melayang di udara pada posisi tetap dan lepas landas secara tegak lurus. Karena keuntungan militer inilah, berbagai negara telah menyediakan dana dalam jumlah tak terbatas untuk pengembangan helikopter. Akan tetapi, penelitian terkini telah menemukan fakta yang sangat mencengangkan. Teknologi penerbangan helikopter modern ternyata sangat tertinggal jauh dibanding dengan seekor makhluk mungil yang mampu terbang. Makhluk ini adalah capung.

Sistem penerbangan capung adalah sebuah keajaiban disain dengan teknologi terbang yang mengalahkan semua mesin buatan manusia. Dengan alasan inilah, disain model terakhir helikopter Sikorsky yang terkenal di dunia, dibuat menggunakan disain capung sebagai model. Dalam proyek ini, perusahaan IBM membantu mendisain Sikorsky dengan memuat gambar-gambar capung dalam komputer khusus. Setelah itu, dengan mengambil contoh capung, ribuan ilustrasi dibuat dalam komputer. Kemudian, dengan mencontoh teknologi terbang capung, dibuatlah model helikopter Sikorsky.

Singkatnya, tubuh seekor serangga kecil memiliki disain lebih unggul dari rancangan manusia. Teknologi penerbangan capung dan disain sayapnya mengemukakan suatu fakta bahwa makhluk kecil ini memperlihatkan kepada kita disain menakjubkan pada ciptaan Allah. Capung memiliki dua pasang sayap yang ditempatkan secara diagonal pada tubuhnya, ini memungkinkannya melakukan manuver sangat cepat. Capung dapat mencapai kecepatan lima puluh kilometer per jam dalam waktu sangat singkat, hal yang sungguh luar biasa bagi seekor serangga. Seorang atlit olimpiade dalam perlombaan lari seratus meter, hanya mampu berlari tiga puluh sembilan kilometer per jam.

Giroskop Alami pada Capung
Ada satu persyaratan lagi bagi penerbangan yang baik. Penerbangan sangatlah berbahaya jika tidak didukung oleh sistem penglihatan yang baik. Untuk itulah, pesawat terbang dan helicopter modern memiliki sistem visual canggih. Capung juga memiliki sistem visual teramat canggih: ia memiliki mata mikro berjumlah keseluruhan tiga puluh ribu buah, dan setiap mata mengarah ke titik yang berbeda. Semua informasi dari mata-mata mikro ini diteruskan ke otak capung, yang kemudian mengolahnya seperti komputer. Dengan sistem ini, capung memiliki kemampuan melihat yang luar biasa.

Kemampuan manuver capung lebih unggul dari yang dimiliki helikopter. Misalnya, dengan satu manuver cepat di menit terakhir, capung berhasil menyelamatkan diri dari truk yang datang dari arah berlawanan. Bahkan capung mampu meloloskan diri dari dua bahaya, yakni ketika ia harus menghindar dari menabrak kaca depan mobil yang sedang melaju ke arahnya dan harus lolos dari burung yang memburunya. Ia berhasil menyelamatkan diri dengan satu manuver cerdas.

Satu permasalahan yang dihadapi pilot, yang seringkali harus melakukan manuver, adalah bahwa setelah suatu manuver, pilot mengalami kesulitan dalam menentukan posisi pesawat relatif terhadap permukaan bumi. Jika pilot kebingungan menentukan posisi bagian atas dan bawah pesawat setelah melakukan manuver, maka pesawat ini dapat mengalami kecelakaan. Para teknisi telah mengembangkan suatu alat untuk mengatasi hal ini, yakni giroskop. Alat ini menunjukan pilot pada garis horisontal yang menandakan posisi horison. Pilot membandingkan garis horisontal ini dengan horison sesungguhnya, dan dengan demikian ia dapat menentukan posisi pesawat dengan cepat. Selama jutaan tahun, capung telah memakai perlengkapan yang mirip dengan yang dikembangkan oleh para teknisi ini. Di depan mata capung terdapat garis horisontal maya pada posisi tetap. Tak menjadi masalah, pada sudut berapa pun ia terbang, ia selalu memposisikan kepalanya sejajar dengan garis horisontal ini.

Ketika posisi tubuh capung berubah selama penerbangan, rambut-rambut di antara badan dan kepalanya menjadi terangsang. Sel-sel saraf pada akar rambut ini mengirimkan informasi ke otot-otot terbang capung tentang posisinya di udara. Hal ini memungkinkan otot-otot tersebut secara otomatis mengatur jumlah dan kecepatan gerak sayap. Dengan demikian, dalam manuver paling sulit sekalipun, capung tidak pernah kehilangan arah atau kendali. Sistem ini sungguh merupakan suatu keajaiban teknik.

Disini, manusia yang berakal akan berpikir. Capung sendiri tidak mengetahui akan sistem luar biasa yang ia miliki. Lalu, siapakah yang meletakan pada tubuh serangga ini sistem penerbangan yang sedemikian kompleks, yang bahkan para insinyur ahli telah menggunakannya sebagai model? Siapakah yang melengkapi serangga ini dengan sayap sempurna, motor yang menggerakkan sayap dan sistem penglihatan yang prima? Siapakah Pencipta disain yang luar biasa ini?

Capung: Diciptakan Sudah Sempurna dan Lengkap
Teori evolusi Darwin, yang mencoba menjelaskan kehidupan dengan peristiwa kebetulan, tak mampu berbicara ketika dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan ini. Mustahil bahwa sistem dalam tubuh capung dapat terbentuk melalui evolusi, yakni pembentukan tahap demi tahap secara kebetulan. Hal ini dikarenakan bahwa agar suatu makhluk hidup dapat hidup, semua sistem ini harus ada pada saat yang bersamaan dan telah lengkap. Capung paling pertama di dunia juga pasti muncul dengan mekanisme yang sama mengagumkannya dengan yang dimiliki capung zaman sekarang. Hal ini telah dibuktikan oleh catatan fosil tentang sejarah alam. Catatan fosil menunjukan bahwa capung-capung muncul di bumi pada saat bersamaan secara serentak. Fosil capung tertua yang diketahui ini berusia tiga ratus dua puluh juta tahun. Pada lapisan-lapisan fosil periode lebih awal, tidak dijumpai sesuatu pun yang menyerupai seekor capung. Tambahan lagi, sejak pertama kali capung muncul, catatan fosil menunjukan bahwa ia tidak mengalami evolusi.

Fosil capung tertua benar-benar sama dengan capung-capung yang hidup sekarang. Antara fosil berusia seratus empat puluh juta tahun dengan capung masa kini di sebelahnya tidak ada perbedaan sama sekali. Kenyataan ini sekali lagi membuktikan kekeliruan teori evolusi sekaligus menunjukan dengan sebenarnya bagaimana capung dan semua makhluk hidup di dunia ini muncul menjadi ada. Adalah Allah, Tuhan seluruh alam, yang menciptakan semua makhluk hidup, dan masing-masing dari mereka adalah bukti keberadaan-Nya. Di samping Allah, tak ada kekuatan lain yang mampu menciptakan seekor lalat sekali pun. Fakta ini dinyatakan oleh Allah dalam Alquran:
"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu.
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah" (QS. Al-Hajj, 22: 73)

Sumber : http://spektrumdunia.blogspot.com/2011/01/capung-mesin-terbang-super-canggih.html

Baca selengkapnya »

0

Loricifera, Hewan yang Bisa Hidup Tanpa Oksigen

Sekelompok peneliti laut dalam asal Italia dan Denmark menemukan hewan multiseluler yang melangsungkan seluruh hidupnya tanpa menghirup oksigen. Kelompok peneliti itu menemukan tiga spesies Loricifera (hewan serupa ubur-ubur berukuran panjang kurang dari satu milimeter) di endapan cekungan L’Atalante, sebuah kawasan perairan asin tak beroksigen di kedalaman 3000 meter, dasar laut Mediterrania, atau laut tengah.


Ketika Antonio Pusceddu, peneliti dari Marche Polytechnic University, Italia, dan rekan-rekannya menemukan Loricifera tersebut, mereka memperkirakan bahwa hewan itu jatuh ke dasar laut setelah hewan itu mati.

“Kami kira sangatlah tidak mungkin mereka bisa hidup di sana,” kata Pusceddu, seperti dikutip dari Discovermagazine. Akan tetapi, dari uji coba yang dilakukan pada dua ekspedisi berikutnya, diketahui bahwa hewan yang ditemukan itu masih hidup. Pusceddu menyebutkan, Loricifera memiliki cara adaptasi yang unik terhadap lingkungan bebas oksigen.

Hewan ini tidak memiliki mitochondria (sel yang mampu mengonversi oksigen menjadi energi seperti yang ada di seluruh sel hewan lainnya). Akan tetapi mereka menggunakan struktur yang menyerupai hydrogenosom, organ yang menggunakan mikroba untuk menghasilkan energi.

Yang menarik, temuan ini membuka kemungkinan adanya kehidupan hewan yang lebih kompleks di lingkungan keras bebas oksigen lainnya. Baik di Bumi ataupun di tempat-tempat lain.

Baca selengkapnya »

0

Jamur Ophiocordyceps Unilateralis Jadikan Semut Seperti Zombie

Ilmuwan menemukan salah satu jenis jamur yang kemungkinan telah menginvasi tubuh semut kayu (Camponotus leonardi) dan mengontrol perilaku mereka selama 48 juta tahun terakhir. Sebuah jamur parasit bernama Ophiocordyceps unilateralis telah terbukti secara sengaja menginfeksi semut-semut karena semut-semut itu bertempat tinggal di tanaman dan pepohonan yang ingin dimanfaatkan juga oleh jamur.


Setelah jamur menginvasi tubuh semut, ia kemudian menginstruksikan serangga itu untuk menggigit bagian bawah daun, tepat di pembuluhnya. Kemudian, saat semut berada di lokasi yang optimal, jamur kemudian tumbuh pesat di seluruh tubuh semut. Akhirnya jamur membunuh semut ‘zombie’ yang perilakunya sudah dikontrol itu sambil bersiap-siap menyebarkan spora baru.

“Saat semut berada di bawah kontrol jamur, semut meninggalkan tanda yang jelas yang disebut ‘gigitan kematian’ di daun-daun,” kata David Hughes, peneliti dari Harvard University, seperti dikutip dari Unexplained-Mysteries. Semut yang dikontrol, kata Hughes, menggigit tepat di pembuluh tanaman dalam upaya mencari titik optimal bagi pertumbuhan jamur.

Dari penelitian, Hughes menemukan bahwa gigitan tersebut sama persis dengan temuan fosil daun yang sudah berusia 48 juta tahun. Temuan ini membuatnya yakin bahwa jamur telah melakukan praktek pembuatan semut ‘zombie’ jauh sebelum manusia muncul di Bumi.

“Kami yakin bahwa jamur yang mengontrol pikiran semut saat semut itu membuat tanda gigitan di daun,” kata Hughes. “Pasalnya, bukanlah hal yang normal bagi semut untuk menggigit daun tepat di pembuluhnya karena tindakan itu tidak ada nilai nutrisinya bagi mereka,” ucapnya.

Bahkan, Hughes menyebutkan, bagi semut, menggigit tepat di pembuluh tanaman spesies tertentu justru sangat berbahaya karena beracun.

Sumber : vivanews.com

Baca selengkapnya »

0

Ternyata Ikan Cere Mempunyai Otak Yang Cukup Pintar

Di Indonesia, Mosquitofish sering disebut dengan ikan Gupi, ikan Seribu, atau ikan Cere. Ikan air tawar ini memakan larva nyamuk dan sangat sosial dalam hidupnya. Saat mereka sedang sendirian, prioritas pertama yang ada di pikirannya adalah menemukan ikan Cere lain.

Dari penelitian terakhir, dalam sebuah eksperimen di lab ternyata ikan itu bisa ‘menghitung’ dan membedakan kuantitas numerik. Tidak hanya jumlah yang kecil misalnya 4 dan 8, tetapi ikan itu juga bisa membedakan antara kuantitas besar seperti 100 dan 200.


“Anda tentu tidak berharap bisa menemukan hal yang menarik semacam ini saat berurusan dengan hewan seperti ikan,” kata Christian Agrillo, ketua tim peneliti dari University of Padova, Italia, seperti dikutip dari NationalGeographic, 9 Januari 2010. “Ini sangat luar biasa,” ucapnya. Namun, kata Agrillo, kemampuan numerik ini juga berkurang saat rasio antara kedua angka diubah. Efek ini juga terjadi di antara manusia yang disurvey.

Pada eksperimen, seekor ikan ditempatkan pada penampungan. Ia diminta memilih satu di antara dua pintu yang diberi gambar geometrik. Misalnya, pintu A diberi empat gambar geometri, sementara pintu B diberi delapan gambar. Pintu-pintu ini nantinya mengarah ke tempat di mana kelompok ikan-ikan Cere lain berada.

Pada uji awal, ikan tidak tahu harus pergi ke mana dan mereka memilih secara acak. Akan tetapi, sejalan dengan waktu, ikan itu mulai memilih pintu yang tepat. Peneliti kemudian menggunakan lebih banyak gambar di pintu.

“Cukup menarik, sebagian ikan yang diteliti tampak terkejut saat angkanya diubah menjadi ratusan. Mereka berenang ke dalam pintu lalu melihat pada gambar itu seperti layaknya sedang mencoba memahami sesuatu,” kata Agrillo. “Namun, setelah beberapa saat, mereka mulai berhasil menjawab tantangan itu,” ucapnya.

Saat peneliti mengubah jumlah gambar di pintu, diketahui bahwa saat gambar di kedua pintu memiliki jumlah yang makin serupa, tingkat keberhasilan ikan itu dalam menemukan jalan ke kelompok yang tepat semakin menurun.

Sebagai contoh, saat rasio gambar adalah 1 banding 2 (misalnya 8 banding 16) atau 2 banding 3 (8 banding 12), ikan lebih mampu memilih pintu yang tepat. Akan tetapi, ketika rasio diubah menjadi 3 banding 4 (misalnya 9 banding 12), mereka tidak menunjukkan bahwa mereka bisa membedakan perbedaan di antara kedua jumlah itu.

Peneliti kemudian melakukan uji coba yang sama pada manusia. Sebanyak 25 orang mahasiswa diminta melakukan tes yang serupa dengan ujian yang diberikan pada ikan. Pada percobaan, mahasiswa diminta menentukan perbedaan antara jumlah yang besar dalam waktu dua detik agar tidak cukup waktu untuk menghitung jumlah gambar-gambar geometrik yang ada di pintu.

Meski secara umum manusia lebih akurat dibanding ikan Cere, ternyata kemampuan untuk menilai perbedaan jumlah menurun saat rasio perbandingan angkanya diubah dari 2 banding 3 menjadi 3 banding 4. Menurut Agrillo dan timnya, hasil ini menambah bukti bahwa manusia, ikan, dan vertebrata lain memiliki kemampuan yang sama dalam memproses angka meskipun manusia memiliki kemampuan yang jauh lebih baik.

Sumber : vivanews.com

Baca selengkapnya »

0

Ternyata Pesawat Bisa Sebabkan Hujan Es atau Salju

Mungkin Anda pernah menyaksikan hujan salju atau hujan es turun di kota-kota atau di pelosok Indonesia. Ternyata, fenomena itu bukanlah hal yang aneh dan sudah ada penjelasannya. Saat sedang duduk di kabin, dengan sandaran kursi berdiri tegak serta meja makan di hadapan Anda dalam posisi terkunci, pesawat yang Anda tumpangi bisa jadi sedang memicu kejadian tak lazim, misalnya seperti hujan es.


Andrew Heymsfield, mikrofisikawan dari National Center for Atmosfpheric Research di Boulder, Colorado, menemukan bahwa pesawat bisa menyebabkan lubang di awan dan mengubah cuaca daratan di bawahnya.

Seperti dikutip dari Discovermagazine, kristal es tidak terbentuk dengan mudah. Sama halnya dengan titik-titik uap air yang tetap dalam bentuk asalnya, meskipun atmosfir di sekitarnya mencapai jauh di bawah titik beku. Menurut Heymsfield, pesawat yang memasuki awan yang super dingin setelah mereka tinggal landas atau sebelum mendarat bisa menyebabkan gangguan yang dapat membekukan titik-titik uap air tersebut secara instan.

“Ketika mesin turboprop milik pesawat memaksa air di belakang sirip-sirip propeller atau ketika mesin jet menyebabkan udara lembab mengalir di bawah sayap agar memberi daya angkat pada pesawat, udara kemudian menyebar dan mendingin,” ujar Heymsfield. Salah satu dari efek yang ditimbulkan pesawat itu, kata Heymsfield, bisa menurunkan temperatur udara hingga lebih dari satu derajat.

“Ini seketika akan membekukan titik-titik air di awan,” kata Heymsfield. “Titik air ini dengan cepat akan membentuk kristal es yang keluar dari awan sebagai salju,” ucapnya. Heymsfield menyebutkan, fenomena ini sedikit menjelaskan terjadinya keterlambatan pesawat di musim dingin yang belakangan banyak terjadi.

“Efek utama dari kejadian ini adalah berubahnya curah hujan lokal,” tutur Heymsfield. “Di sekitar bandara, khususnya di musim dingin, lebih banyak salju yang turun dibandingkan di kawasan lain”.

Sumber : vivanews.com

Baca selengkapnya »

0

Hooded Pitohui, Satu-Satunya Burung Beracun di Dunia

Ternyata ada juga burung beracun di Bumi ini, konon katanya burung beracun ini hanya ada satu jenis di dunia yang bernama Hooded Pitohui. Burung Hooded Pitohui ditemukan di Papua Nugini, pertahanan mereka terhadap pemangsa yang walaupun sederhana tapi menakjubkan adalah mereka beracun.


Pitohui memakan beberapa jenis kumbang yang mengandung neurotoxin kuat dan mengandung alkaloid yang dikenal sebagai batrachotoxin (racun yang juga ditemukan pada kulit dari Katak Panah Beracun Amerika Selatan).

Dengan makan kumbang, burung-burung menjadi beracun, toksin mereka terdapat pada bulu dan kulit. Mereka benar-benar dikenal oleh penduduk setempat sebagai “burung sampah”, karena toksisitasnya membuat tidak mungkin untuk dimakan kecuali kulit dan bulu mereka dicabut.


Menyentuh Hooded Pitohui dapat menyebabkan mati rasa dan kesemutan, kulit terbakar dan bersin, seperti yang dilaporkan oleh para ilmuwan yang menangani makhluk itu, sedangkan memakan mereka mungkin akan jauh lebih berbahaya.

Untuk memperingatkan sifat toksisitasnya, burung ini memiliki warna terang oranye dan warna hitam yang memungkinkan calon predator untuk mengenalinya. Dan diyakini bahwa Hooded Pitohui dapat menggosok toksin pada telur dan anaknya untuk melindungi mereka dari predator.

Baca selengkapnya »

0

Peneliti : Jangan Sepelekan Kecerdasan Domba

Penelitian terbaru ternyata mengungkapkan hal yang selama ini di luar perkiraan orang. Domba ternyata tidak sebodoh yang dikira selama ini. Dr Laura Avanzo dan Dr Jeniffer Morton dari University of Cambridge mengatakan bahwa domba atau biri-biri ternyata cukup cerdas dan dapat membuat sebuah keputusan yang mandiri.


"Domba hidup dalam sebuah kumpulan dan mereka kadang terlihat bodoh. Namun, saat Anda menemuinya sebagai sebuah individu, mereka bisa berlaku dengan cara yang berbeda," kata Dr Morton.

Dr Avanzo dan Dr Morton mengatakan, hal ini mirip dengan manusia di mana mereka bisa bersikap berbeda ketika mereka berada dalam sebuah kawanan dan dalam keadaan sendiri. Temuan ini sendiri terjadi secara kebetulan, di saat peneliti hendak melakukan riset tentang Penyakit Huntington, yakni penyakit bawaan yang menyebabkan seseorang menjadi demensia atau pikun.

Dalam penelitian mereka, tujuh biri-biri betina jenis Ovis aries disertakan dalam serangkaian ujicoba. Mereka dihadapkan pada sepasang tempat makan berwarna berbeda, salah satunya diisi dengan makanan. Kemudian mereka dihadapkan sepasang tempat makan yang dengan pola warna berbeda. Namun, ternyata berhasil belajar untuk belajar pola yang baru.

Menurut peneliti, biasanya hanya manusia dan primata-primata lain yang bisa merespon perubahan ini dengan mudah. Kebanyakan binatang besar berjuang keras untuk bisa melakukan hal itu. Sebab ini melibatkan bagian otak bernama prefrontal cortex. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa domba ternyata bisa lulus dalam sebuah psikotes yang biasanya gagal dilalui oleh monyet.

Domba juga memiliki ingatan yang sangat tajam. Ia mengingat teman-temannya selama dua tahun terakhir. Mereka bisa mengingat dengan baik wajah domba lain, maupun wajah manusia, bahkan mampu mengenalinya melalui gambar di foto. Oleh karenanya, kini para peneliti tak lagi meremehkan kecerdasan seekor domba.

Baca selengkapnya »

0

Hinea brasiliana, Siput Laut Ini Bisa Pancarkan Cahaya Melalui Cangkangnya

Beberapa jenis hewan punya cara alami yang unik untuk mengindar dari predator. Misalnya cumi-cumi yang menyemprotkan cairan hitam mengandung zat yang tak disukai pemangsanya atau sigung yang mengeluarkan kentut sangat berbau.


Cara unik menghindari mangsa juga dimiliki spesies siput yang bernama Hinea brasiliana. Hewan laut ini bisa mengeluarkan cahaya dari cangkangnya. Cahaya yang bisa dipancarkan secara tiba-tiba itu mungkin untuk mengejutkan predator yang akan menyerangnya sehingga siput punya waktu untuk berlindung ke dalam cangkang.

Keunikan spesies itu diteliti oleh dua orang ilmuwan dari Scripps Institution of Oceanography di UC San Diego, Dimitri Deheyn dan Nerida Wilson. Lewat hasil risetnya, peneliti menemukan bahwa cara siput mengemisikan cahaya warna hijau dengan cara yang unik saat menghadapi predator seperti gerakan kepiting dan udang yang berenang.

Peneliti mengatakan, biasanya cahaya diproduksi oleh siput dengan cara mengemisikannya secara terfokus. Namun, siput ini mengemisikan cahaya dengan menyebarkannya secara unik lewat sel cangkang. Hal tersebut membuat ukuran tubuhnya terlihat lebih besar. Temuan tersebut dipublikasikan di Proceeding of the Royal Society B.

Wilson mengatakan, "Sangat jarang siput dasar laut bisa mengeluarkan cahaya. Lebih mengejutkan lagi ketika tahu siput ini bisa menggunakan cangkang untuk mengoptimalkan cahaya yang diproduksinya."

Ia juga menemukan bahwa warna cangkang yang kekuningan tidak mematikan warna cahaya yang diproduksi siput, yakni hijau. Justru, cangkang berperan dalam mendispersikan cahaya warna hijau tersebut. Deheyn mengatakan, adaptasi siput dalam menggunakan cangkang ini sangat menarik bagi penelitian optik dan bioengineering. Memahami karakteristik cangkang bisa membantu ilmuwan mengembangkan material tertentu yang berfungsi sama.

"Kapasitas difusi cahaya yang kami lihat pada siput ini lebih besar dari materi sejenis lainnya. Fokus selanjutnya adalah memahami mengapa cangkang punya kapasitas tersebut. Ini berpotensi untuk mengembangkan material dengan performa optik yang lebih baik," kata Deheyn.

Baca selengkapnya »

0

Omni Freeze Ice, Baju Anti Gerah Hasil Penelitian Ilmuwan

Pemanasan global membuat orang sering mengeluh kepanasan. Cuaca panas ekstrim di musim kemarau sebenarnya bisa ditangani dengan menyalakan AC atau kipas angin. Tapi itu hanya berlaku di dalam ruangan. Kalau Anda ke luar, tetap saja akan kepanasan. Untuk mengatasinya, Columbia menciptakan jaket dan sepatu khusus. Namanya Omni Freeze Ice.


Pakaian ini terbuat dari serat khusus, yang bahannya bisa menyerap panas tubuh jika menyentuh permukaan kulit. Pada saat basah (oleh air atau keringat), seratnya akan aktif menurunkan suhu pakaian serta orang yang memakainya. Tingkat dinginnya tergantung kelembapan kulit dan kuat-tidaknya hembusan angin di sekitar kita. Saat kita bergerak, baju ini juga terasa lebih dingin dibanding saat diam.

Bahkan jika kita mengaduk material serat itu ke dalam segelas air, air itu akan berubah jadi es. Itu karena bahan kimia yang terdapat dalam serat. Kemampuan pendingin itu tidak berlaku selamanya, tapi bisa bertahan selama 50-70 kali pencucian.

Baju ini baru akan dijual di pasaran oleh produsennya pada 2012. Mungkin baju ini juga dipersiapkan untuk mengahalau panasnya badai matahari yang diprediksi akan dimulai pada tahun tersebut.

Sumber : inilah.com

Baca selengkapnya »

0

Bakteri, Pemicu Hujan dan Badai yang Paling Kuat

Bakteri, makhluk hidup yang bertebaran di udara, ternyata menjadi elemen penting untuk terjadinya hujan, salju, bahkan badai es. Alexander Michaud dari Montana State University di Bozeman mengatakan, ia menemukan bakteri dalam jumlah besar pada pusat badai es.


Para peneliti sebelumnya percaya bahwa senyawa kimia atau bahan mineral lainnya yang berada di awan menjadi penyebab terjadinya hujan, salju, atau badai es. Namun, penelitian terbaru membuktikan bahwa bakteri, bahkan jamur, diatom, dan ganggang, juga bisa menjadi pemicu terjadinya hujan. Studi yang mempelajari fenomena ini disebut bioprecipitation.

"Mineral sebelumnya diyakini sebagai zat utama di atmosfer untuk memicu terjadinya hujan. Tapi nyatanya, mineral tidak seaktif bakteri," kata Brent Christner, ahli mikrobiologi yang tengah mendalami bioprecipitation di Louisiana State University.

Agar mineral membentuk ice nuclei, kristal es di sekitar awan, dibutuhkan partikel air yang lebih dingin dari biasanya di awan, kata Christner kepada LiveScience. Ia menambahkan, bakteri dan makhluk hidup lainnya yang berada di sekitar awan juga bisa menjadi bahan pemicu terjadinya hujan, salju, atau badai es. Michaud sempat mengambil batu es sebesar bola golf setelah terjadi badai es hebat yang menerjang Montana pada Juni tahun lalu.

Ia kemudian membelah es itu menjadi empat bagian. Secara mengejutkan, ia menemukan bahwa jumlah bakteri terbanyak terdapat pada inti batu es tersebut. "Bakteri ditemukan dalam biang es sebelum es itu membesar menjadi badai," kata Michaud. "Ini membuktikan bahwa pemicu terbentuknya es adalah bakteri atau partikel biologi lainnya."


Dengan menentukan suhu ketika badai es terbentuk, tim peneliti menemukan bahwa bakteri menyebabkan terbentuknya es pada suhu yang lebih hangat ketimbang biasanya. Sebelumnya, tim yang dipimpin oleh Christner menemukan bahwa bakteri patogen Pseudomonas syringae memegang peran penting dalam pembentukan salju di seluruh dunia, termasuk di Antartika. Patogen diketahui sangat bagus dalam membentuk es pada temperatur di bawah normal maupun titik beku air.

Bakteri dilengkapi zat khusus yang mampu mengikat molekul air. Selanjutnya, bakteri dengan mudah membentuk partikel es. Ketika di darat, bakteri menggunakan es ini untuk merusak pohon. Akibatnya, kulit pohon dan selnya terbuka dan bakteri dengan mudah masuk ke dalam pohon.

Baca selengkapnya »

0

Sesto Elemento, Mobil Termahal di Dunia Seharga Rp 25,1 Miliar

Lamborghini berhasil membuat mobil terbaru yang menjadi mobil termahal yang pernah dibuat di Bumi. Namun mobil ini tak bisa melaju di jalan-jalan umum.

Lamborghini membuat produk terbarunya, Sesto Elemento. Mobil ini dinobatkan sebagai mobil termahal dunia dengan harga 1,8 juta GBP (Rp25,1 miliar). Mobil futuristik ringan ini terbuat dari serat karbon.


Alhasil, mobil ini bisa menempuh kecepatan 0-100 km/jam dalam 2,5 detik. Namun karena terlalu ringan, mobil tak bisa melaju dijalanan karena terbentur regulasi jalan.

Mobil ini akan dibuat terbatas, yakni hanya 20 unit. Ditenagai mesin V10 5,2 liter dengan kecepatan maksimum 322 km/jam. Nantinya diperuntukkan khusus balap trek saja dan akan segera dipasarkan pada Oktober 2011 ini. Anda berminat?

Sumber : inilah.com

Baca selengkapnya »

0

Arkeolog Temukan Kapal Kuno Firaun 4.500 Tahun

Para arkeolog mulai menggali kapal kayu 4.500 tahun yang ditemukan dekat Piramida Agung Giza. Kapal ini diyakini membawa Fir’aun Khufu ke alam baka. Kapal ini diyakini sebagai adat agama pembawa Fir’aun Khufu ke alam baka. Khufu yang juga dikenal sebagai Cheops ini dikreditkan sebagai pembangun Piramida Agung Giza. Pemimpin proyek restorasi Sakuji Yoshimura dari Wasela University mengatakan, salah satu kapal dari dua kapal yang ditemukan bertuliskan nama Khufu.


Khufu merupakan pendiri dinasti keempat di 2.680 SM dan menjadi pemimpin Mesir selama 23 tahun. Menteri Negara Barang Antik Mesir, Zahi Hawass mengakui penggalian ini 'salah satu proyek arkeologi dan konservasi terpenting dunia'.

Kapal ini aslinya ditemukan pada 1954 bersama kapal lainnya yang kemudian direstorasi dan dianggap sebagai salah satu temuan besar di dataran tinggi Giza. Para ahli mengakui kapal ini sebagai kapal tertua yang bisa bertahan hingga kini.

Setelah proses penggalian selesai, ilmuwan akan membuat skema komputer kapal ini untuk membantu rekonstruksinya. Restorasi temuan ini diperkirakan memakan waktu empat tahun. Setelah selesai, seperti dilaporkan Fox News, kapal ini akan dipamerkan di Solar Boar Museum dekat Piramida Agung Giza.

Sumber : inilah.com

Baca selengkapnya »

0

Blenny Fish, Spesies Ikan Baru yang ditemukan Ilmuwan AS

Para peneliti AS memeriksa tiga spesies ikan yang disebut 'blenny' dan mengatakan bahwa mereka menemukan apa yang mereka cari di 10 spesies yang berbeda. Para ilmuwan dari Smithsonian Institute mengatakan bahwa ikan blenny yang hidup di gugusan karang di Samudera Atlantik dan laut Pasifik ini, sangat sedikit diketahui informasinya. Demikian seperti yang dikutip dari UPI.com.


Para ilmuwan mengatakan bahwa klasifikasi dari tiga spesies ikan blenny yang sebelumnya berlawanan dengan studi DNA ikan tersebut, mulai dari larva sampai dewasa, akhirnya berhasil menguak tujuh spesies yang belum diklasifikasi.

"Analisis DNA telah menawarkan sains sebuah sumber untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan lama," ujar Carole Baldwin, seorang zoologist di Smithsonian National Museum of Natural History.

"Penemuan ini adalah contoh yang sempurna mengenai bagaimana pemetaan DNA menjelaskan spesies yang kita lewatkan sebelumnya, seperti ikan blenny Starksia," tambah Baldwin.

"Kami tidak mengerti di mana kita berdiri dalam periode waktu untuk memahami keanekaragaman spesies. Hasil kerja kami ini menunjukkan kalau penelitian sebelumnya belumlah lengkap," tutup Baldwin.

Baca selengkapnya »